Seragam militer produksi Sritex (photo : Sritex)
Siapa
sangka jika puluhan hingga ratusan ribu anggota militer di sejumlah
negara baik Eropa, Amerika dan Asia termasuk anggota militer dalam
negeri itu, mengenakan seragam buatan pabrik tekstil yang berlokasi di
salah satu sudut kota di Kabupaten Sukoharjo.
Produk
tekstil PT Sri Rejeki Isman (Sritex) ini pun diakui telah memenuhi
standar North Atlantic Treaty Organization (NATO), sehingga dipercaya
memproduksi seragam militer anggota NATO. Tidak hanya seragam, tetapi
juga seragam tempur, jaket, cover all, rompi, tenda, sepatu dan
lain-lain.
Rabu (3/2), Espos dan sejumlah media
berkesempatan menengok salah satu Departemen Garment di Pabrik PT
Sritex, dan melihat produksi pembuatan seragam militer tersebut.
Tercatat, hingga awal 2010 ini, PT Sritex melayani pembuatan seragam
militer untuk 25 negara. Yakni, Indonesia, Australia, Brunei, Kamboja,
Siprus, Inggris, Jerman, Kuwait, Lebanon, Nepal, Oman, Papua, Filipina,
Qatar, Singapura, Somalia, Sudan, Swiss, Arab, Zimbabwe, Austria dan
terakhir Timor Leste. Karena masuk pasar ekspor, harga jual produk di
luar negeri pun menyesuaikan.
Corporate
Secretary PT Sritex, M Taufik Adam, saat menunjuk salah satu jaket
militer anti infra red yang siap dikirim ke Jerman, mengatakan satu
jaket itu di jual dengan harga rata-rata US$150 atau senilai Rp
1.395.000 (1US$=Rp 9.300). ”Tapi, kalau di pasang di outlet di Solo,
mungkin hanya Rp 150.000 per jaket,” ujar Taufik membandingkan. Begitu
pula dengan seragam militer yang siap dikirim ke Abu Dhabi. ”Kalau
seragam ini, di jual ke Abudhabi dengan harga rata-rata US$300.”
Parsial
Sementara,
untuk proses pengerjaan, dilakukan secara parsial atau per komponen.
Misal, satu tenaga kerja hanya bertugas membuat pola saja, memasang
kancing baju saja, membuat mata itik saja dan seterusnya. Taufik
menambahkan, memproduksi seragam militer ini lebih memiliki tingkat
kesulitan di banding produk garmen lainnya. Sehingga, satu kali proses
perlu ada quality control. ”Pengerjaan harus lebih detail dan
disesuaikan dengan desain yang diminta masing-masing negara.”
Terkait
kapasitas produksi, Taufik mengatakan, saat ini Sritex mampu
memproduksi garmen sebanyak 2,5 juta set per bulan, dengan rata-rata
pertumbuhan 15%-20% per tahun Kapasitas ini naik dari kapasitas sebelum
adanya perluasan industri, 1,5 juta set per bulan. Sementara, untuk
produk kain, kapasitasnya mencapai 8-9 juta yard per bulan. Dan produksi
benang, berkisar 7.000 bal per bulan.
(Solopos)
Posting Komentar